Rabu, 18 Agustus 2010

Di suatu sore yang ditemani oleh langit mendung dan rintik hujan, terdengarlah seorang lelaki paruh baya meneriakan dagangannya. ”Ayaaamm, ayaaamm”. Ya, lelaki tersebut berjualan ayam goreng untuk berbuka puasa. Selain ayam goreng, ia pun menjual usus,kepala ayam, ceker ayam, ati ampela yang semuanya digoreng. Ia berkeliling ke beberapa tempat untuk menjual ayam gorengnya. Lelaki tersebut tampak semangat ketika mendorong gerobaknya yang berwarna biru. Ia sangat berharap agar ayam gorengnya itu habis terjual.
Alhamdulillah, ketika ia melewati ibu-ibu yang sedang mengobrol, ternyata salah seorang diantaranya ingin membeli ayam tersebut. Dan lelaki itu pun membuatkannya sesuai pesanan. Ketika sedang menggoreng, ibu yang membeli ayam bertanya padanya. Ibu tersebut bertanya : ” Sudah lama jualan ayamnya?”. Lalu sang menjual menjawab : ” Baru bu, ini kan lagi Bulan Ramadhan, jadi saya mencari penghasilan tambahan dengan menjual ayam.” Kemudian ibu itu bertanya lagi, ”Memangnya bapak kerja apa?”. dan ia pun menjawab, ” Saya seorang guru SD. Dan kebetulan sekarang sedang libur, jadi saya berjualan saja.”
Subhanallah, jawaban lelaki tersebut sungguh sangat mengagumkan dan membuat terharu. Ia pantas mendapatkan apresiasi dan penghargaan. Pasalnya, ia seorang guru yang tidak malu untuk berjualan, untuk berkeliling dengan gerobaknya untuk menjual ayam. Oleh karena itu, kegigihannya dan semangat bekerja yang ia miliki patut kita teladani.

Sabtu, 14 Agustus 2010

teman baru

sudah selama 20 tahun kurang hidup di dunia, baru pertama kalinya punya temen dari luar negeri. wawww...ini sangat menakjubkan bagi saya. seneeeeeng banget. saya bisa kenalan hingga akhirnya berteman ini 'disebabkan' karena masuk dalam kelompok kuliah kerja nyata di Desa Darmacaang, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis. alhamdulillah, bersyukur banget bisa menjadi bagian dari kelompok kkn ini. :))
mereka - orang luar negeri- yang gabung di kkn ini sebanyak 4 orang. tiga orang perempuan dan satu orang lelaki. mereka berasal dari negara yang berbeda-beda. mereka adalah :
> Tam dari Vietnam, dia mahasiswa jurusan ekonomi.
> Margaux dari Swiss, dia mahasiswa jurusan hubungan internasional.
> Lucie dari Republik Cheko, dia jurusan pelayanan publik. dan terakhir
> Awais dari United Kingdom, dia jurusan teknik mesin. karena sedikit sulit untuk memanggil namanya, maka kami memanggil dia dengan nama 'Ujang'.
tentunya, ada kesulitan dalam berkomunikasi dengan mereka. mereka menggunakan Bahasa Inggris, sehingga kita pun harus berbicara menggunakan bahasa tersebut. saya sendiri merasa sedikit kesulitan jika berbicara dengan mereka. oleh karena itu, saya jarang berbicara empat mata dengan salah satu di antara mereka. karena pasti bakal kewalahan untuk menjawabnya.
namun, karena mereka mengerti jika saya tidak fasih berbahasa, maka mereka pun mengatakan : 'ok, i know what you mean.' dan kalimat ini sedikit membuat saya malu. hehehe.
tapi, dibalik itu semua, saya sangat senang sekali karena bisa bertemu, berkenalan hingga berteman dengan mereka. dan yang pasti, mereka tidak mungkin akan terlupa. miss you..

Kamis, 12 Agustus 2010

Guy (With S)

19 orang yang memiliki watak dan kepribadian yang berbeda disatukan dalam satu kelompok. mereka dituntut untuk hidup bersama selama 1 bulan untuk menjalankan tugas yang penting. belum lagi ditambah dengan 4 orang mahasiswa asing yang juga menambah 'semarak' kelompok kami. dengan keberadaan mereka, memberikan nilai plus bagi kita. yaitu kita bisa belajar Bahasa Inggris. ya, setiap kita kumpul, kita diwajibkan memakai dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Yah, walaupun Bahasa Inggris kita masih belepotan. hehe
memang amat sangat teramat sulit untuk menjalani hidup selama 1 bulan itu. apalagi pada hari-hari awal. sangat berat sekali. banyak perbedaan yang terlihat sehingga menimbulkan 'debat kecil' di tiap minggunya. mulai dari kebiasaan seseorang yang mungkin sulit untuk diterima oleh salah satu pihak. namun, hal ini menjadi cerita tersendiri yang selalu diingat.

Senin, 10 Mei 2010

tahu ga sih,kalo kita mau ngukur kelembaban tanah. caranya gini ni :
1. ambil sampel tanah, biasanya pake yang namanya ring sample. tanah yang diambil bukan dari permukaan atas, tapi harus digali dulu. ya sekitar 10-20 cm lah.
2. masukan ring sample ke dalem tanah itu, pukul pake palu supaya terbenam. terus ring yang kedua disimpen di atasnya. pukul lagi, tapi cuma 3/4nya aja yang terbenam.
3. terus ambil deh ringnya. ngambilya harus hati hati loh. supaya tanah yang ada di dalem ring itu ga keganggu.
4. timbang deh berat tanahnya...oiya,, sblumnya timbang juga berat ring, tinggi ring sama diameternya.
5. terus dikeringkan. biasanya dikeringin di oven (kaya bikin kue ya?heheh),tapi selama 2x24 jam suhunya sekitar 100 derajat lebihan lah. (alo ga salah, hehe)
6. dua hari kemudiannnn,,, ambil tanahnya, timbang deh..
7. nah kalo udah kering, kita bisa nentuin kelembabannya. caranya pake perbandingan berat basah dengan berat keringnya..
oke dehh... semoga bermanfaat yaa...
dadadahhhh,,,,
baybaybaybay..
seeee yooouuuu...
alohaaa...
sayonara.....

niat dong!!

bener orang bilang kalo segala sesuatu harus itu harus diniatin. misalnya klo kita pingin nilai kuliah kita bagus, ya kita harus merubah cara belajar kita jadi lebih baik. walaupun emang susah sih. hehe
tapi yang paling susah adalah NIAT UNTUK NGURUSIN BADAN . susaaaaaaaaaahhhhh banget. ga bisa aja.. kalo temen-temen ngasih saran, cuma di-iyain pas waktu itu aja tanpa dipraktekin. hahaha. dasar emang ga niat kali ya.. ato mungkin ini cuma keinginan aja bukan kebutuhan? heheh.
tapi (untuk kedua kalinya bilang tapi.hehe), di sisi lain ada juga temen yang menenangkan hati dengan bilang gni : "badan kamu tuh udah pas". ada juga yang bilang :"apa c, segini tuh ga gemuk!".
hehe, tapiiii, ya udahlah, biarin aja gtu ya segini adanya. ga akan bisa kalo harus di'diet-diet'in. hahahha

Selasa, 04 Mei 2010

laporan tentang baut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benda kerja yang dibuat oleh manusia umumnya terdiri dari berbagai komponen. Proses pembuatannya tentu melalui proses pengerjaan dan perlakuan yang berbeda. Sehingga untuk dapat merangkainya menjadi sebuah benda utuh, elemen penyambung sangatlah diperlukan.

Menilik fungsinya, elemen penyambung sudah pasti akan ikut mengalami pembebanan saat benda yang dirangkainya dikenai beban. Ukurannya akan lebih kecil dari elemen yang disambung, sehingga akan mengakibatkan beban terkonsentrasi terhadap sambungan tersebut.

Ada dua jenis sambungan, yaitu sambungan tetap dan sambungan tidak tetap. Dalam praktikum ini, akan membuat mur dan baut. Keduanya merupakan contoh dari sambungan tidak tetap (semi permanent), yaitu sambungan yang dapat dibongkarpasang selagi masih dalam kondisi normal.

Maka dari itu, salah satu tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara pembuatan mur dan baut.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :

1. Praktikan memahami prinsip kerja dan cara menggunakan gergaji (baik

dengan alat ataupun secara manual ) dan kikir.

2. Praktikan mampu menggergaji dengan baik dan benar.

3. Praktikan mampu mengikir dengan baik dan benar.

4. Praktikan mampu mengebor dengan baik dan benar.

5. Praktikan mampu mengetap dengan baik dan benar.

6. Praktikan mampu menyenai dengan baik dan benar.

7. Praktikan mampu membuat Mur dan Baut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baut

Baut merupakan suatu batang atau tabung dengan alur heliks pada permukaannya. Penggunaan utamanya adalah sebagai pengikat (fastener) atau sambungan atau pengikat yang tidak permanen -sehingga dapat dibongkar pasang- untuk menahan dua obyek bersama, dan sebagai pesawat sederhana untuk mengubah torka (torque) menjadi gaya linear. Baut dapat juga didefinisikan sebagai bidang miring yang membungkus suatu batang. merupakan jenis. Ada beberapa macam pengelompokan baut, di antaranya :

a. menurut bentuk kepala, yaitu segi enam, soket segi enam dan kepala persegi.

b. menurut bentuk penjepit, yaitu :

§ Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang

tembus, di mana jepitan diketatkan dengan sebuah mur.

§ Baut tetap, untuk menjepit dua bagian, di mana jepitan

diketatkan dengan ulir yang ditapkan pada salah satu

bagian.

§ Baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir

pada ujungnya. Untuk dapat menjepit dua bagian, baut

ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai lubang

berulir dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.

c. menurut pemakaiannya, yaitu :

§ Baut pondasi, untuk memasang mesin atau bangunan pada

pondasinya. Baut ini ditanam pada pondasi beton dan

jepitan pada bagian mesin atau bangunan diketatkan dengan

mur.

§ Baut penahan, untuk menahan dua bagian dalam jaraj yang

tetap.

§ Baut mata atau baut kait, dipasang pada badan mesin

sebagai kaitan untuk alat pengangkat.

§ Baut T, untuk mengikat benda kerja atau alat pada meja

atau dasar yang mempunyai alur T, sehingga letaknya dapat

diatur.

§ Baut kereta, banyak dipakai pada badan kendaraan. Bagian

persegi di bawah kepala dimasukkan ke dalam lubang

persegi yang pas sehingga baut tidak ikut berputar pada

waktu mur diketatkan atau dilepaskan.

2.2 Mur

Mur merupakan pasangan baut yang sama-sama memiliki fungsi sebagai penyambung/pengikat permanen. Pada umumnya, bentuk mur adalah segi enam. Tetapi untuk pemakaian khusus, dapat dipakai mur dengan bentukyang bermacam-macam, seperti mur bulat, mur flens, mur tutup, mur mahkota dan mur kuping.

2.3 Kikir

Kikir digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan benda kerja serta menghilangkan sejumlah kecil material pada saat finishing. Ketajaman kikir dilihat dari bagian menyilang dan ketajaman yang tersedia.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kikir, antara lain :

§ Agar diperoleh permukaan yang rata (cross-filling), maka posisi

lengan kiri dan lengan kanan terletak pada satu bidang datar.

§ Jangan menggunakan kikir tanpa dipasang tangkai pemegang,

karena selain menyulitkan juga akan membahayakan tangan.

§ Pengikisan kikir terjadi ayunan ke depan (sebaliknya) akan

membuat kikir menjadi tumpul.

§ Pastikan bahwa tangkai pemegang sudah terpasang kuat.

§ Jepitlah benda kerja di dalam ragum dengan kuat.

§ Jangan memegang kikir pada permukaannya. Jika terkena

stenpet/oli, maka serpihan bahan akan menempel pada alur.

§ Jika terjadi penyumbatan pada alut, maka hendaknya segera

dibersihkan.

2.4 Mesin Bor dan Mesin Bubut

Mesin bor adalah alat yang berfungsi untuk membuat lubang sesuai

dengan mata bor yang digunakan. Pada dasarnya, mata bor terdiri dari dua gerakan untuk melubangi, yaitu gerakan rotasi (putaran) dan gerakan ingsutan yang lurus ke bawah. Ada dua macam mesin bor, yaitu bir tangan dan bor duduk.

Adapun bagian-bagian dari mesin bor, di antaranya :

· Tombol Penjepit mata bor

· Tuas penekan Pengaman

· Tuas pengikat Mur penyetel

· Alat mesin bor Rumah-rumah sabuk

· Meja mesin bor

Sedangkan mesin bubut adalah mesin yang digunakan untuk membubut. Gerakan utamanya adalah berputas dan berfungsi sebagai pengubah bentuk dan ukuran benda dengan jalan menyayat benda tersebut dengan suatu pahat penyayat, posisi benda kerja berputar sesuai dengan sumbu mesin dan pahat diam bergerak ke kanan dan ke kiri searah dengan sumbu mesin bubut menyayat benda kerja.

Ukuran dari mesin bubut yang diukur dari jarak center kepala lepas. Ini merupakan jarak terpanjang dari benda yang bisa dibubut. Dan tergantung pula tinggi/jarak dari ujung center ke permukaan alas mesin (bed), yakni setengah diameter benda kerja yang bias dikerjakan (Daryanto,1996).

Bagian-bagian yang terdapat pada mesin bubut di antaranya :

· Kepala tetap

· Kepala lepas

· Eretan , yaitu eretan alas, melintang dan atas

2.5 Tap

Tap adalah alat yang berfungsi untuk membuat alur pada benda hasil pengeboran atau membuat ulir sekrup dalam. Pekerjaan ini disebut pengetapan ulir sekrup karena adanya ulir-ulir sekrup, tap menjadi lemah maka pemotongan ulir sekrup tidak dapat dikerjakan dalam satu kali, sebab itu sepasang tap terdiri dari 3 buah, yaitu:

§ tap yang pertama untuk membuka jalur ulir,

§ tap kedua untuk memperdalam ulir, dan

§ tap ketiga sebagai tahap finishing.

Tangkai tap bebentuk bujur sangkar, sehingga tab-tab dapat diputar dengan besi puntir. Supaya sisi-sisi dari ulir sekrup pada baja dapat dipotong licin dan selama pengetapan harus dipakai minyak potong. Logam-logam biasanya dapat dipotong secara kering. Supaya ulir tetap rapi bentuknya, maka secara teratur tap harus diputar kembali seperempat putaran. Untuk mengulir dengan baik, bahan yang akan dibuat untuk menjadi mur harus memiliki diameter lubang yang besarnya pas atau fit dengan tap tersebut atau disesuaikan, sehingga ulir yang terbentuk sempurna dan fit dengan baut.

2.6 Snai

Snai adalah alat yang berfungsi untuk membuat ulir luar. Cara kerjanya hampir sama dengan tap, namun pada snai, benda kerja dijepit pada snai, dan snai diputar mengelilingi benda kerja tersebut. Pada saat benda kerja dijepit oleh snai, benda kerja harus dipastikan benar-benar terjepit karena jika tidak ulir tidak akan terbentuk sempurna atau alat mengalami patah.

2.7 Ragum

Ragum adalah alat yang berfungsi sebagai tempat menahan, memegang dan menopang bahan yang akan dipotong, digerindra ataupun digergaji.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Gergaji tangan 7. Snai

2. Gergaji mesin 8. Jangka Sorong

3. Kikir 9. Siku-siku

4. Mesin bor 10. Palu

5. Mesin bubut 11.Punch

6. Tap 12. Ragum

Sedangkan bahan yang digunakan adalah silinder pejal dengan diameter 20 mm dan panjang 25 cm.

3.2 Metode Praktikum

1. Menyiapkan benda kerja yang akan dipakai

2. Memotong bahan untuk membuat mur

3. Memotong bahan untuk membuat baut

4. Mengikir permukaan benda kerja sampai rata

5. Membuat pola dengan ukuran seperti pada gambar

6. Membuat mur:

a. Membentuk bahan menjadi segi enam dengan cara dikikir.

b. Membuat tanda pada benda kerja yang akan dilubangi (mur),

biasanya dengan menggunakan punch.

c. Memilih jenis mata bor yang akan digunakan.

d. Memasang mata bor pada mesin bor dan mengencangkannya

dengan bantuan kunci gear.

e. Membor dengan perlahan-lahan dan jangan dipaksakan karena

akan merusak mata bor.

f. Selama proses member sekali-kali lakukan pemberian pendingin

(cooler) pada mata bor untuk menjaga supaya mata bor tidak cepat

rusak.

g. Lakukan proses pengeboran dengan hati-hati dan utamakan

keselamatan kerja.

h. Mengetap benda kerja hasil pengeboran secara bertahap

i. Selama proses mengetap harus selalu diberi pelumas.

7. Membuat baut:

a. Membubut bagian yang akan di snai sesuai ukuran pada gambar

b. Membentuk kepala baut menjadi segi enam dengan cara dikikir.

c. Menyenai ulir luar pada poros.

d. Selama proses snai harus selalu diberi pelumas.

8. Proses Finishing: membersihkan dan mengikir bagian permukaan yang

masih tajam.

9. Pemberian pelumas pada mur dan baut agar tidak mudah berkarat.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah

a. baut dengan spesifikasi ukuran:

- panjang ulir 50 mm

- panjang bagian yang tidak diulir 25 mm

- panjang kepala baut 25 mm, sehingga panjang total 100 mm

- diameter kepala baut 20 mm

b. mur dengan spesifikasi ukuran :

- diameter 20 mm

- tinggi 12,5 mm

4.2 Pembahasan

Praktikum dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 18 Maret dan 25 Maret 2010 di Bengkel Pedca.

Mur dan baut ada yang terbuat dari baja hitam dan besi. Praktikum kali ini yaitu dengan bahan dasar besi yang berbentuk silinder pejal. Silinder pejal yang disediakan berukuran panjang 25 cm dan diameter 20 mm. kemudian dipotong menjadi dua bagian, yaitu sepanjang 100 mm untuk baut dan 20 mm untuk diameter mur.

1. Pembuatan baut

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar dapat menghasilkan benda kerja berbentuk baut. Langkah-langkahnya yaitu :

§ Pemotongan benda kerja

Ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Silinder pejal dengan diameter 20 cm dan panjang 25 cm dipotong. Pemotongan dilakukan dengan dua alat, yaitu gergaji besi dan gergaji tangan.

Pemotongan dengan gergaji mesin, benda kerja ditempatkan tepat di bawah pisau pemotongnya, kemudian di potong sehingga panjang yang terbentuk adalah 9,5 cm. memotong dengan mesin ini menghasilkan prmukaan yang halus dan memakan waktu yang tidak lama. Sebelumnya, ukur dahulu panjang baut yang akan dibuat dengan menggunakan jangka sorong.

Memotong menggunakan mesin harus sangat hatu-hati karena akan menimbulkan percikan api dan suara yang keras. Maka dari itu, ketika memotong, diharuskan menggunakan kacamata.

Gb. Silinder pejal sebelum dipotong

Gb. Memotong dengan gergaji

§ Pembubutan

Setelah dipotong, kemudian silinder dibubut. Sebelumnya ukur terlebih dahulu bagian yang akan dibubut dengan menggunakan jangka sorong dan penggaris. Panjang silinder yang akan dibubut yaitu 50 mm dengan diameter yang dihasilkan sebesar 10 mm.

Pembubutan harus dilakukan secara konstan, yaitu kecepatan memutar mesin haruslah tetap. Sehingga benda kerja yang dihasilkan memiliki permukaan yang rata. Pembubutan dilakukan berulang-ulang hingga menghasilkan diameter 10 mm. caranya dengan mengatur skala pada mesin bubut.

Sebelum melakukan pembubutan, pastikan bahwa benda kerja tepat berada di tengah (center) dan tertancap kuat. Hal ini dilakukan agar ketika pembubutan dimulai, benda kerja tidak akan goyang. Jika posisi baut itu miring, maka baut yang terbentuk pun tidak akan sempurna dan secara ekstetika tidak indah dan bentuknya pun akan menjadi miring sehingga tidak muat untuk dipasangkan mur. Lalu, sebelum menyalakan mesin, goreskan dahulu mata bor kepada benda kerjanya. Selain itu, kita pun harus memberikan air selama proses berlangsung agar mata bor tidak panas.

Dan hal ini pun terjadi kepada kami. Kesalahan yang kami lakukan adalah pemutaran yang tidak konstan, sehingga bubut yang dihasilkan tidak ‘mulus’.

Pembubutan yang kami lakukan kira-kira lebih dari lima kali. Hal ini karena baut yang dihasilkan harus memiliki diameter 10 mm, di mana setiap kali membubut, kedalaman pisau yang diset sebesar 2 mm. Sehingga pengerjaannya harus berulang.

Gb. Proses pembubutan

Gb pemberian air ketika pembubutan

§ Mengikir

Mengikir dilakukan setelah silinder selesai dibubut. Bagian yang dikikir yaitu bagian hasil pembubutan. Silinder yang akan dikikir ditempatkan di atas ragum, sehingga pengikiran akan lebih mudah. Dalam mengikir, usahakan dilakukan satu arah agar hasil yang diperoleh akan baik.

§ Membuat Ulir

Setelah permukaan silinder halus, maka langkah berikutnya adalah pembuatan ulir. Panjang silinder yang akan diulir yaitu 50 mm. oleh karena itu, harus diukur dan diberi tanda terlebih dahulu.

Alat yang digunakan adalah snay. Jadi, baut ditempatkan di atas ragum dengan posisi kepala baut di bawah. Kemudian memasangkan tap dengan ukuran 1.25 kedalam baut. Kemudian diputar mengikuti arah jarum jam.

Snai yang digunakan ada tiga buah. Yang pertama yang lancip, lalu agak lancip dan yang terakhir yang tumpul. Ketika menyenai, perlu ditambahkan sedikit oli sebagai pelumas, sehingga ketika memutar snay tidak terlalu sulit. Penyenaian dilakukan hingga batas baut yang akan diulir, setelah selesai putar snay berlawanan jarum jam.

Pada saat penggunaan snai harus hati-hati. Karena benda kerja dijepit pada snai, maka harus diperhatikan betul apakah benda kerja terjepit sempurna. Jika tidak terjepit dengan sempurna maka resiko tidak terbentuk ulir dengan sempurna dan resiko sney patah akan terjadi. Snai bisa patah jika kita terlalu kencang memutar snai dan snai tidak terjepit benar.

Gb pemberian oli ketika memasangkan mur pada baut

§ Membuat segi enam

Langkah ini merupakan langkah terakhir dari rangkaian pembuatan baut. Sebelumnya, kita membuat pola segi enam di kertas kecil, kemudian ditempelkan di kepala baut.

Pembentukan kepala baut ini bias dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dikikir ataupun dipotong dengan gergaji. Kelompok kami awalnya menggunakan gergaji, namun hasil yang diperoleh tidak terlalu baik. Sehingga disiasati dengan kikir.

2. Pembuatan mur

Langkah – langkah dalam pembuatan mur hampir sama seperti membuat baut. Yang berbeda yaitu adanya proses pengeboran dan pengetapan dalam membuat mur.

Pengeboran dilakukan setelah memotong silinder sehingga menghasilkan 2 bagian yang berukuran kecil, yaitu 12,5 mm. Pemotongannya dilakukan dengan menggunaka gergaji besi. Memang sangat sulit memotong dengan gergaji besi. Kesulitan yang dialami yaitu ketika akan menggoreskannya kepada silinder, juga ketika ditengah-tengah pemotongan sangat berat. Sehingga waktu yang digunakan dalam proses ini cukup lama dan jika dibandingkan, hasil yang diperoleh dengan gergaji besi tidak sebaik dengan gergaji mesin.

Sebelum dibor, kita beri tanda di tengah-tengah mur. Kemudian dititikdengan penitik agar ketika melubangi, mata bor tidak goyang, tapi langsung tepat sasaran. Namun, hasil pengeboran mur kelompok kami tidak pas di center, sedikit keluar batas. Hal ini mungkin terjadi karena jam terbang yang kurang, sehingga keahlian dalam mengebor masih minim.

Proses ini harus dilakukan dengan pengawasan penuh hampir sama seperti bubut dan dilakukan dengan kehati-hatian dalam menentukan kecepatan bor. Hal ini harus diperhatikan karena jika kita membor besi dengan kecepatan yang terlalu kencang atau cepat maka resiko mata bor patah akan terjadi karena mata bor menjadi lebih cepat panas apalagi jika kita tidak memberikan cairan pendingin atau oli pada saat proses pemboran.

Setelah dibor, lalu dibuat alur di dalam mur tersebut dengan menggunakan tap. Sama halnya dengan membuat ulir dengan snay, mengulir dengan tap pun harus diberikan oli. Dalam proses inikesulitan yang dialami yaitu pada awal pengetapan, agak berat, namun setelah beberapa lama , pengetapan menjadi lebih mudah.

Proses terakhir yaitu membuat bentuk segi enam. Pembentukannya kali ini menggunakan kikir, sehingga hasil yang diperoleh lebih baik dari baut yang dibuat dengan gergaji.

Pembahasan proses di atas merupakan rangkaian kerja yang dilakukan dalam pengerjaan mur dan baut.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini, yaitu :

  1. Dalam pembuatan benda kerja (mur dan baut) , diperlukan ketelitian dalam pengukuran. Untuk memenuhi kriteria ini, benda kerja perlu diukur menggunakan jangka sorong. Jika perlu, pengukuran dilakukan lebih dari satu kali.
  2. Selain ketelitian, juga harus hati-hati dalam melakukan pekerjaan ini, terutama ketika pemotongan dengan gergaji mesin.
  3. Tahapan pembuatan mur yaitu pemotongan besi, mengebor, mengetap, dan mengikir.
  4. Tahapan pembuatan baut yaitu pemotongan besi, membubut, mengikir dan membuat ulir dengan menggunakan snay.
  5. Untuk memperoleh hasil yang baik dan halus, benda kerja perlu dikikir
  6. Alat pisau bubut harus cukup kuat konstruksinya untuk dapat mengatasi gaya mekanis
  7. Dalam membubut, harus memperhatikan kekuatan pisau bubut untuk memotong dan menghitung secara teliti berapa bagian dari silinder pejal yang akan dipotong. Selain itu, pisau bubut harus diairi agar menimbulkan panas akibat bergesekan dengan benda kerja. Bila terlalu panas pisau bubut bisa patah.
  8. Pada proses pengetapan, perlu diperhatikan posisi tap saat masuk ke dalam mur/ baut. Posisi tap harus lurus sehingga jalur ulir yang dibuat bagus dan rapi.
  9. Perlu ditambahkan sedikit oli sebagai pelumas ketika melakukan pengetapan

5.2 Saran

Sebaiknya jumlah alat diperbanyak dan dalam kondisi yang baik sehingga dapat praktikum berlangsung dengan baik, tertib dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Asep, STP MT. Modul 4 Perbengkelan Pertanian, Jatinangor.

Maran,Z.D. 2007. Peralatan Bengkel Otomotif. Andi : Yogyakarta.

www.wikipedia.org

www.google.com